Pengalaman Solo Traveling ke Padang, Sumatera Barat

Hampir Mati Gara-gara Nahan Napas







Ikannya Tau Gue Udah Hampir Nyerah
Gak Jadi Mati
Soooo, this is the moment I’ve been waiting for at least two months since I booked my flight to Padang in July…

Gue akhirnya bisa escape lagi dari hingar bingar pekerjaan kantor dan getar getir keramaian Ibukota. Wisata bahari gue tunjuk untuk memenuhi hasrat gue terhadap alam khususnya pantai

*don’t call me traveler or tourist because I am neither of it*

Semua bermula ketika gue lagi browsing iseng disela jam-jam sibuk bekerja, ehek! *sibuk mencari-cari kesibukan* nah karena udah beberapa hari terakhir ini gue rajin banget browsing tentang pantai yang rekomen buat water sports, jadi entah kenapa di ads setiap halaman web yang gue kunjungi isinya semua promosi perjalanan pulau gitu. Biasanya sih gue ignore aja karena ads-ads kayak gitu kebanyakan zonk!

Zonk itu maksudnya kadang gak memenuhi ekspektasi gue. Ya akomodasinya mahal lah, fasilitasnya gak worth it, tempatnya jauh di pedalaman lewati lembah menyebrangi sungai melintasi angkasa dan lain-lain. RIBET! Itu sebabnya sekali lagi, gue gak mau beli paket holiday yang ditawarkan oleh ads-ads yang (maaf) kurang jelas asal-usulnya dari mana.

Mendingan gue urus semua sendiri, seperti akomodasi, itinerary, P3K *hansaplas dan minyak kayu putih*, dan plan B *ini yang sering gak kepikiran* Setidaknya kalo acara gue ancur gak sesuai harapan, gue gak bisa nyalahin siapa-siapa selain diri gue sendiri dan bisa mengubah rencana sesuka gue tanpa harus minta persetujuan pihak lain. Itu kalo perginya sendiri. Kalo perginya sama pacar sama aja sih, biasanya dia bakal bilang “terserah” ~

Okay, balik lagi. ─lalu gue melihat ads dengan gambar yang super duper keren banget. Itu gambar pantai dengan air yang sangat jernih dan dikelilingi oleh pulau-pulau. Namanya Pulau Pasumpahan. Karena rasa penasaran gue, dan untuk memastikan apakah gambar ini bukan hasil photoshop, maka gue googling aja biar gak menimbulkan fitnah di kemudian hari. AJEGILE! Bener aja aslinya keren bray…

terletak di perairan Kecamatan Bungus, Teluk Kabung, Kota Padang, Sumatera Barat. This is the another hidden paradise in Indonesia, kawans! Langsung gue cari informasinya dari blog-blog pengalaman orang yang udah pernah kemari, dan semua reviewnya keren-keren meski gak banyak blog yang gue temuin tentang pulau ini.

Dengan kata lain pulau ini masih belom sepenuhnya terjamah sama tangan manusia. Pulau Pasumpahan ini terkenal dengan air pantainya yang bergradasi dari putih/bening, biru muda, biru tua. Hal ini tentu jarang bahkan belom pernah gue lihat sendiri dengan mata silinder gue. Inilah informasi yang gue dapat dari pengalaman orang, dan gue akan membuktikannya. Jeng!

Ketika sedang asiknya kepo, gue nemu website www.wisatapulausumaterabarat.com yang menawarkan one day trip ke beberapa pulau salah satunya Pulau Pasumpahan. Awalnya gue agak ragu untuk memesan karena gue pun masih gak tau apakah gue bakal ke Padang atau ngga, mengingat duit gue tinggal dikit dan pacar mengikhlaskan gue pergi sendirian.

Awalnya kita udah pernah bahas ini dan dia tetap pada pendiriannya kalo ke Padang, dia hanya bisa antar ke bandara dan membiarkan gue membabi buta disana seorang diri. Intinya dia gak mau ikut kalo ke Padang.

Setelah gue mempelajari isi websitenya dan harganya sesuai dengan ekspektasi gue, gue agak tertarik untuk memakai jasa one day trip ini.

“Anak Kampung yang Biasa di Kota Berwisata ke Kampung Orang”

itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan diri gue di tengah kota Padang. Hmm, gak tengah juga sih, gue di pinggiran kotanya. Ya kayak Bekasi terhadap Jakarta gitu lah. Jakarta kotanya, Bekasi pinggirnya. Pokoknya dalam benak gue jangan sampe jadi kampungan di kampung orang.

Well, selama di Padang gue menginap 3 malam di Yani Homestay, pemiliknya baik dan ramah banget. H-30 sebelum kesana, gue udah nanya-nanya informasi sama yang punya homestay (yang sampai detik ini gue gak tau nama aslinya siapa) tentang angkot yang bisa gue naikin untuk ngetrip.

Dengan sabar dia menjawab gue dan semua pertanyaan gue terjawab sempurna. Btw yang punya homestay ini laki, dan dari awal gue kira cewe yang gue panggil “mbak yani”, beliau juga gak protes dan tetap melayani pertanyaan gue sebagai “mbak yani”. Yani itu nama siapa juga gue gak tau. Mungkin namanya Ahmad Yani, kayak nama pahlawan. Entahlah…

Maaf ya ini jadi loncat-loncat ceritanya. Abisnya banyak yang mau gue certain tapi bingung mau mulai dari mana. Maklum perjalanannya seru dan semua yang gue alamin juga seru semua. Hahaha…

Mungkin kalian pada bertanya apakah gue jadi one day trip? Apakah gue jadi liburan sendirian di Padang? Apakah gue rela membayar harga tiket pesawat PP Jakarta-Padang hanya untuk melihat pantai? Ya!

Meski diwarnai sedikit drama antara gue dan jasa one day trip, sebut saja Bang Adi (emang nama aslinya, hehehe) gue gak kehilangan interest sama sekali, dan Bang Adi gak serta-merta jadi musuhin gue. Dramanya gini, jadi gue udah menghubungi Bang Adi jauh hari sebelum ke Padang… gue nanya-nanya soal one day trip dan beliau menjawab gue dengan baik meski slow respond terus, akhirnya gue deal one day trip yang tiga pulau seharga 280k, gue lupa pulau apa aja yang pasti ada Pulau Pasumpahannya.

Bang Adi meminta DP sebesar 100k yang udah gue setujui tapi gak gue transfer karena gue nunggu tanggal merah (datang bulan) kelar. Gue juga gak kepikiran ada tanggal merah dan waktu itu tiket pesawat udinan lunas. Gitu aja sih dramanya, beliau juga gak nagih terus-terusan.

Malah setelah deal itu kita gak ada hubungan apa-apa lagi

#eaaa

Maksudnya ngga saling mengontek lagi

#eaaaa

Haduh… intinya gitu deh.

Sampe H-3 gue kembali mengontek Bang Adi untuk menanyakan status bookingan gue masih berlaku apa ngga, dan ternyata udah ngga. Untung gue gak jadi transfer, pikir gue waktu itu.

Sept 2nd

Berbekal keyakinan dan lindungan Tuhan Yang Maha Esa gue berangkat ke CGK dianter kakak dan bapak gue. Sempet mengawang-ngawang disana kayak apa nanti ya, secara gue belom pernah ke Padang. Dan kali ini gue perginya sendirian. Bener-bener sendirian.

Harga Tiket Sriwijaya Air PP Jakarta - Padang
Banyak yang bilang gue buang-buang waktu disana tanpa tujuan yang jelas, ada yang bilang juga gue cukup berani pergi sendirian ke tempat yang gak familiar, ada juga yang bilang gue terlalu banyak duit cuman untuk lihat pantai #wusss

Mau pada bilang apa juga ini tiket udah di tangan dan apa pun yang terjadi gue bakal ke Padang meski rencana gue ancur berantakan. #uhuk!

Gue dikejutkan dengan kehadiran pacar di KFC terminal 2F CGK, dia ternyata datang untuk nganter gue sampe gue masuk ke ruang tunggu maskapai. I’m so happy seeing him waiting on me, it’s like a little surprise :D

Setelah cek in *yang paling penting* gue dan pacar sarapan Riser dulu dan kita sempet narsis dikit. Agak sedih kali ini gue ngetrip tanpa dese, jadi mungkin hari-hari gue disana bakal sedikit bosan. Mikirnya begitu.

Setelah kurang lebih dua jam kemudian, pesawat gue mendarat dengan sempurna di BIM, dan gue poop dulu karena udah kebelet banget sejak dari rumah (gue sengaja gak poop dulu di rumah karena takut telat nyampe bandara) :’)

Karena kentut gue udah mengganggu seorang ibu yang duduk di sebelah gue. Hahaha! Maap ya bu :( Terus gue langsung nyari Damri sesuai dengan arahan pemilik homestay yang udah gue kepoin jauh hari. Gak sulit menemukan Damrinya, ada poolnya sama kayak di CGK dan Damri di Padang cuman the only one jurusannya BIM – Jalan Imam Bonjol yang memakan waktu satu jam kalo lancar. Rute baliknya juga sama. Tarifnya 23.500,- saja. Harga yang nanggung sebenarnya, gak apa-apa lah.

Sepanjang perjalanan gue tetap memantau dengan Waze, kalo di Waze jalannya lurus-lurus doang. Kanan-kiri pemandangannya rumah warga, warung, dan sekolah, dan agak gersang sih menurut gue. Sebelum Damrinya jalan gue udah bilang ke keneknya untuk turunin gue di Texas Chicken, sesuai dengan arahan pemilik homestay. Seperti biasa, keneknya menyebutkan nama daerah yang gue gak tau dan dengan keteguhan iman gue mengiyakan seakan gue tau :’)

Gue sengaja gak tidur dan terus lihatin jalan dan Waze, siapa tahu Texas Chickennya kelewat, dan untung aja ngga… keneknya baik dan sebelum Damrinya melewati TC, dia udah ngasih tau kalo sebentar lagi sampe. Gue turun tepat di depan TC sambil pelongo-pelongo nyari ojek yang mungkin pada saat itu abangnya lagi makan siang atau gabut di rumah. Gak ada ojek, gue pun jalan kaki ke homestaynya. Huh hah huh hah!

Sekitar sepuluh sampai lima belas menitlah gue tiba di Yani Homestay Jalan Nipah nomor 1. Homestaynya sederhana berlantai dua, dan plangnya ketutupan pohon, jalanan di sekitar sana agak sepi tapi banyak angkot lewat. Setelah cek in dan di kasih kamar, gue langsung rebahan. Capek sih ngga, ngantuk aja. Hehehe…

Sekitar jam 16.00 – 16.30 WIB Gue bangun tidur dan langsung pengen jalan ke Pantai Padang yang berjarak tiga menit jalan kaki, kalo jalannya santai sekitar lima menit dari homestay. Pantainya biasa aja, sepi dan gue gak menginjakan kaki disana karena emang dari lihat udah gak interest.

Karena one day trip gue akan dilaksanakan besok pagi (Sabtu, 3 September), jadi naluri gue tiba-tiba mengidekan untuk coba survey kesana naik angkot supaya besok gue udah tau berentinya dimana, sekalian ketemuan sama Bang Adi kalo sempet. *gue belom juga DP seperti yang telah disepakati, karena gue pikir gue mau bayar langsung aja. Karena kalo gue transfer gue akan dikenakan charge 7000 karena beda bank. Pelit ya? Terus sekalian gue mau lihat rupanya Bang Adi tuh gimana supaya besok tau yang jemput gue siapa di tempat penyebrangan*

Naiklah gue ke angkot warna biru jurusan Pasar Raya, lagi-lagi sesuai arahan pemilik homestay. Dia baik ya… gue gak banyak cincong selama di dalam angkot, tapi gue sempet ngasih tau supirnya kalo gue mau ke Bungus ← tempat penyebrangannya a.k.a meeting point. Supirnya pun mengoceh apa gitu gue gak merhatiin. Bentar doang sampe di Pasar Raya dengan ongkos 3000, selanjutnya gue menunggu angkot biru lagi dengan jurusan Bungus Teluk Kabung.

Kira-kira dua menit celingak-celinguk, akhirnya datang juga angkot birunya. Gue sempet bertanya sama supirnya apakah angkot ini ke Bungus, dia ngejawabnya lama kayak agak ragu gitu dan sontak gue pun jadi ragu sama dia. Akhirnya dia bilang ‘naik aja!’ bodohnya gue naik. Seharusnya gue make sure lagi, karena udah keburu naik dan supirnya ngebut gue gak bisa apa-apa. Waktu itu udah sore dan mendung, batre hp gue juga udah mau low. Matek!

Lalu hal mengesalkan pun terjadi. Di tengah jalan, abangnya baru ngasih tau kalo angkot ini ngga ke Bungus, dan dia juga ngasih tau kalo gue salah naik angkot. Kan kampret! Ah males banget gue kan… huh! Gak tau ini lagi dimana, dan bagaimana caranya gue balik ke homestay, abang ini pun juga gak merekomen alternative.

Lalu dia bilang kalo angkotnya menuju Teluk Bayur, gue agak familiar dengan nama itu. Dan gak lama dia menawarkan diri untuk mengantar gue sampe ke Bungus dengan tambahan uang. Dia nembak 70k kalo gak salah, ongkos dia sebenarnya cuman 15k. WTF! Tentu saja gue menolak. This is not because I’m pelit, it’s because I’m surveying and I need to know the right route to Bungus because tomorrow is the day!

Gue minta di turunin di pertigaan sebelum angkotnya menuju Teluk Bayur, dan gue bayar 15k. Disana gue buta, buta jalan karena gak ada angkot lagi dan gue gak tau musti kemana. Hahaha… dramatis!

Gue berdiri di pinggir jalan sambil mikir keras, GPS pun gak berfungsi karena gue gak tau tujuan gue harus kemana lagi. Dan di pinggir jalan itu kebetulan adalah pool mobil travel yang ngangkut penumpang ke Pesisir, gak tau pesisir apa yang dimaksud.

Gak lama gue pun disamperin sama salah satu kenek travel itu, nanya gue mau kemana. Percakapan pun dimulai, yang awalnya gue takut sampai gue merasa bahwa mereka adalah orang baik, tampangnya doang kayak preman.

Kalo ini Jakarta dan ceritanya gue orang awam, udah abis gue dikerjain. Serius! Dua orang abang yang tak diketahui namanya ini, sebut saja abang A dan Abang B, cukup ramah sama gue dan dia sempet nawarin naik mobil travelnya menuju Bungus.

Gue menolak karena takut dimahalin (masih trauma sama supir angkot tadi) lagipula gue tetep kekeh mau tau rute angkot yang bakal membawa gue ke Bungus besok. Disitu gue nungguin angkot sembari ngobrol sama Abang B, dan hari udah semakin gelap karena mendung juga. Lalu dia ngasih tau gue kalo misalnya dari Bungus nanti udah kemaleman dan gak ada angkot lagi, naik mobil travel aja bayar 10.000,-

Jeng Jeng! 10.000 doang tarifnya. Tarif yang gue pikir bakal 50.000an ternyata cuman 10.000! Yeh kenapa gak dari tadi aja bang ngasih taunya kalo cuman 10.000?! hayati lelah…! Udah keadaan begini pun gue masih gengsi untuk berubah pikiran dengan naik mobil travel abangnya, dan gue masi nungguin angkot jurusan Bungus Teluk Kabung yang benar.

Beberapa belas menit kemudian baru angkot biru nomor 437 tujuan Bungus yang benar datang dan gue naik. Disitu gue udah berharap banget kalo gue bakal tiba di tujuan dengan selamat tanpa drama-dramaan lagi.

Huhu… Daaaann, Tuhan masih baik sama gue karena gue masih diberikan otak untuk mikir jernih ketika gue diturunin abang angkot biru nomor 437 di ujung jalan, kata abangnya this is the finish line (pake bahasa Padang campur Bahasa Indonesia) dan dia mau balik lagi ke pool.

Abang ini mungkin tau kalo gue bukan warga lokal jadi sebelum dese muter balik dia sempet nawarin untuk manggil ojek nganter gue entah kemana tujuan gue. Dengan tegas gue menolak dan memilih untuk jalan kaki aja. Kayaknya sih tampang gue gak bisa diumpetin kalo gue bingung banget dan ilang arah gitu, gue inget sih jalan balik ke tempat dimana gue ketemu sama Abang A dan Abang B tapi jauh men! Naik angkot aja setengah jam lebih, apa kabar jalan kaki?!

Lalu, gue berhenti di depan Kantor Kelurahan Bungus Barat, disitu gue teringat pesan Abang B untuk nyuruh gue naik mobil travel aja dengan bayaran 10.000,- masalah nanti setelah turun mau naik apa itu urusan nanti.

Perasaan gue udah gak enak ketika warga sekitar mulai memperhatikan gue… I’m probably the only one who looks different than the local people. I am not Padang and I’m Chinese-like, which is totally different dan gue mulai gak nyaman berada disitu lama-lama.

Lalu ada seorang Abang menghampiri gue dengan logat yang agak asing buat gue, logat Padang gitu lah, ngomongnya juga rada gak jelas. Gue pun gak terlalu nanggepin dia karena gue tau tujuannya untuk nawarin ojek.

Dese ini tukang ojek, itu jelas terlihat karena di seberang tempat gue menunggu itu pangkalan ojek. Abang ojek ini bersikeras menawarkan jasanya ke gue, dia juga bilang kalo angkot yang lewat sini udah gak ada lagi jam enam, dan pada saat itu udah jam enam-an.

I’M DEAD! I’M DEAD! I’M DEAD! I’M DEAD!

Gue cuman pengen orang ini pergi dari hadapan gue, karena gue takut! Tapi dia tetap memaksa mau nolongin gue. Setelah gue pikir-pikir mungkin abang ini benar karena gak ada angkot yang lewat daritadi, lalu gue iseng aja nanya ongkos ojeknya kalo dia nganter gue sampe pangkalan mobil travel tadi berapa, dia menjawab 20.000 dengan wajah memelas yang maksudnya supaya gue gak nawar lagi.

20.000 aja ongkosnya yang gue pikir bisa mencapai 80.000-an. Semua kelebayan ini karena trauma yang gue hadapi pasca bertemu dengan supir angkot pertama. Huh! Jadi semua orang gue prasangka burukin. Setelah menghitung ternyata cukup worth it dan daripada gue berdiri disitu menunggu sesuatu yang gak dateng-dateng, mending gue cus aja sama abang ojek ini dengan tarif 20.000,-

Sebut saja Bang Dory, karena abang ini suffers from a short term memory loss~ Baru sekitar lima menit kita cus ke tujuan gue, dia udah nanya lagi gue mau dianter kemana. Gue menjawab dengan sabar dan perasaan gue udah ngasih tau dia deh.

Dia bakal terus mengulang pertanyaan yang sama setiap kali kita lagi asik ngobrol, ada aja yang ditanyain. Lalu ada titik dimana gue memutuskan kalo abang ini adalah Dory versi manusia. Di tengah jalan gue punya ide brilian, kenapa gak Bang Dory nganter gue sampe homestay dan gue bayar dua kali lipat jadi 40.000?? Tanpa mikir dan menawar Bang Dory setuju! Well, mungkin harga segitu termasuk mahal bagi Bang Dory dan murah bagi gue.

Secara disana gak ada online transportation, sama sekali. Jarak dari tempat Bang Dory nganter gue dan ke homestay sekitar satu jam. Menurut gue sih 40.000 cukup worth it. Gue dapat banyak informasi dari Bang Dory, tapi tujuan gue ke Padang cuman mau lihat Pulau Pasumpahan doang dan water sports disana.

Jadi informasi yang telah diberikan itu gak masuk di gue tapi gue tetap terima kasih, setidaknya info soal angkot di Padang sangat berguna. Sejauh ini gue bertemu dengan orang-orang yang setidaknya berniat baik sama gue, tapi guenya aja yang parnoan karena kelamaan mengadu nasib di Jakarta yang susah-susah-gampang nyari orang berniat baiknya.

Angkot di Padang (bukan kota besarnya) beroperasi dari subuh sampai jam enam sore aja. Selebihnya naik ojek dengan tarif yang relative murah, itu juga masih bisa nawar sama orangnya. Tapi nawar sama orang Padang agak susah untuk deal, kalo udah capek dan buru-buru pengen pulang, deal aja… kalo lagi capek, harga seberapa pun (selama masih masuk akal) tetap worth it. Paling mahal 5-10 ribu aja~ hmm, ehek!

Sept 3rd

Gue udah bilang Bang Dory untuk menjemput gue di homestay jam enam pagi, gue juga terus ingetin dia karena dia pelupa orangnya. Untunglah dia on time, pas banget jam enam pagi dia udah nongki di depan homestay gue, dan kita cus ke Bungus Teluk Kabung tempat meeting point gue sama Bang Adi, si empunya jasa one day trip.

Dipandu Waze, kepedean gue melonjak tinggi. Gue masih gak tau meeting pointnya berbentuk apa─depan gapurakah? Dermagakah? Rumah Bang Adinya kah? Pinggir jalankah? I have no idea. Patokan gue cuman satu: KANTOR KECAMATAN BUNGUS…

Semalem gue udah menghubungi Bang Adi lagi, dia bilang dari kantor kecamatan sebelah kirinya ada gang, nah masuk ke situ kira-kira 40 meter nyampe. Seharusnya mudah ya. Kita sempat salah belok, dan Kantor Kecamatan yang dimaksud bukan KANTOR KECAMATAN BUNGUS, tapi KANTOR KECAMATAN PASAR LABAN.

Di samping kirinya juga ada gang tapi lebih sempit. And here I am… udah ketemu sama Bang Becky, salah satu krunya Bang Adi. Kebetulan saat itu Bang Adi lagi di kota, jadi sementara akomodasi beliau lemparkan ke Bang Becky. Nyampe disana jam tujuh paginawati, sementara kita mulai melaut jam delapanan paling telat setengah Sembilan.

Nothing I can do here, litteraly. Cuman duduk doang sambil memandang ke Pantai Bungus yang tepat berada di depan gue. Banyak kapal nelayan ngapung disitu, dan inilah meeting pointnya.

Berasa sih nunggu sejam, terus mulai muncul peserta lain. Ada dua keluarga, satunya udah punya tiga anak, dan satunya masih berdua. Pikir sendirilah maksudnya gimana. Gak lama, kita naik perahu menuju Pulau Pagang dulu dan gue naik diatas banana boat yang ditemani dua kru yang bernama Bang Rocky dan Bang Eeng.

Bang Eeng ini ternyata gak bisa ngomong Bahasa Indonesia, hahaha. Pantesan pas ngomong sama gue gak nyambung. Shiet! Mereka semua baik banget! Gue gak promosi ya, karena gue gak dibayar buat begini dan malah gue bayar jasa mereka untuk mengantar gue melihat hidden paradise itu. Seriously, they’re all good guys.

Meski tersendat bahasa, tapi mereka mau berusaha berbahasa Indonesia yang jelas pas ngomong sama gue. Gue pun menjaga logat dan penuturan bahasa gue supaya mereka gampang ngerti maksudnya. Hah! Keinget waktu belajar EYD di SMP…

It’s quiet hard for me to explain how pretty this island is… speechless!

Tujuan pertama Pulau Pagang. Rencananya sebagian besar waktu kita akan dihabiskan disini: foto-foto, snorkeling, berenang, makan siang, foto-foto lagi.


Pulau Pagang, Sumatera Barat

Gue berasa kayak di pulau pribadi dengan satu guide pribadi. Hahaha… pantainya sepi bener, dan gak ada warung, gak ada yang jualan kayak di Ancol, masih asri banget.

Tempat ini sangat rekomen untuk kalian yang suka ketenangan pada saat berlibur ke pulau atau pantai. Ini bener-bener tersembunyi, mungkin salah satu faktornya karena lokasinya gak gitu strategis. But with a little workhard and niat, finally I can experience the another hidden paradise in Indonesia. Dan gue pengennya tempat seperti ini terus terjaga kelestariannya, kayak gini aja terus.


Sepi kaaaannn :D

Selama berada di Pulau Pagang (destinasi pulau pertama) gue ditemani oleh salah satu rekannya Bang Adi, panggilannya Si Boy. Dia yang meminta kita memanggil dia dengan sebutan Si Boy. Katanya karena dia yang paling muda diantara semua abang-abangnya, maksudnya abang-abang yang bawa one day trip, tentunya lebih muda dari gue.

Si Boy ini anaknya baik, polos, dan berani banget. Dia suka pamer aksi kalo lagi di laut, kerenlah. Tapi sayang gue gak punya fotonya karena waktu itu hp gue lagi gak terjangkau. Si Boy membawa gue ke sebuah spot yang keren untuk foto. Tau aja nih bocah kalo gue lagi mau narsis, hehehe…

Gue sempat berpikir kalo hari-hari gue di Padang bakal gue habiskan untuk diem aja dan makan. Dengan kata lain gak punya temen ngobrol, dan gak bisa ngajak siapa-siapa ngobrol karena gue gak bisa bahasa Padang. Tapi sejak hari pertama gue disini, gue bisa punya kenalan orang lokal yang baik-baik dan informatif tentunya.

Dan yang paling penting mereka mau ngobrol sama gue meski gak pake bahasa Padang.


Dermaga Pulau Pagang. Bawahnya cetek!
...
Direkomen sama Si Boy buat foto disitu, tebing batu. Kalo pada kesini jangan lupa pake sendal (gue gak pake sendal jadi gue ngasih tau aja)

Hari ini pun gue ketemu temen baru, yah temen pada saat trip pulau aja sih. Setidaknya gue gak diem aja, dan bisa bercanda juga sama Si Boy, Melita dan Opan (adeknya Melita). Melita dan Opan ini juga lebih muda dari gue, dan perawakannya AGJ banget. Bahkan Si Boy sampe gak paham Melita ngomong apa saking gaulnya -_- gue sih paham tapi gue diem aja.

Sebelum ke Pulau Pasumpahan, kita mampir ke Pulau Pamutusan. Dinamakan demikian karena ini adalah dua pulau yang dibelah oleh gundukan pasir putih. Jadi dua pulau nih, terus ditengahnya ada gundunkan pasir putihnya, jadi kayak nih pasir mutusin dua pulau itu. Paham gak? Kalo ngga lihat di Google aja penampakannya.

Kalo dilihat dari atas pasirnya kelihatan, tapi kalo dari seberang Pulau Pagang (letak kedua pulau ini seberang-seberangan) pulaunya kayak putus gitu. Ya gitu deh pokoknya. Istimewanya Pulau Pamutusan cocok banget dijadiin lokasi kemping. Karena pada saat gue kesini banyak banget muda-mudi pada kemping, gue gak tau berapa biaya sewa lahan untuk diriin tendanya, atau mungkin gratis.

Yang pasti gue dan rombongan bayar 15k per orang untuk naik ke bukit batu dan foto disana. Kalo pada mau kemari, jangan lupa pake sendal. Jangan tanya ada apa, gak ada apa-apa yang bahaya cuman sakit aja kalo jalan gak pake sandal ke atas bukit batu ini.

Selain untuk kemping, bisa juga untuk foto-foto karena dari atas bukit batu ini, kalian bisa berfoto dengan background lautan luas dan pulau-pulau diatasnya. Keren banget deh! Muka gue yang lepek aja ketutupan sama pesona pemandangannya. Huehuehue~


Speechless. Keren!

Gak lama dan gak banyak yang bisa kita lakukan di Pulau Pamutusan, lalu kita langsung cuss ke pulau yang menjadi alasan gue disini hari ini: Pulau Pasumpahan. Meski badan udah capek, dan gue udah kena sunburn, tapi gue tetap semangat untuk melihat secara langsung kerennya pulau ini. Sekitar 15 menit naik perahu, kita sampe. Bener aja dong, warna air lautnya bergradasi gitu.

Wih semua review yang gue baca di blog orang itu bener! Mereka gak mengada-ada. Sayangnya, disini kita gak bisa snorkeling karena ikannya dikit dan waktu itu airnya agak keruh. Mungkin karena rame kali ya, tapi gue dan ketiga new friends berenang aja sambil sekali-kali nengok ke dasar air apakah ada kemungkinan untuk menyelam.

Air di pantai ini agak aneh, tetap asin, dan gue keminum beberapa kali (iyuh). Di satu spot airnya bisa berasa dingin dan anget, meski udah kita obrak-abrik airnya tetep aja gak tampak menyatu. Geser beberapa senti, airnya berasa dingin, kita manjangin kaki ke depan airnya berasa anget. Air galau.


Pulau Pasumpahan

Disini juga gak selama pas di Pulau Pagang, karena emang gak banyak yang bisa dilakuin sih tapi gue dan yang lainnya tetap berusaha mengeksploitasi tempat ini dengan─ ngapain aja kek yang penting gak diem doang.

Sept 4th

Emang sengaja gue jadikan “hari istirahat” setelah seharian ngebolang di pantai. Rencananya juga pada 4 September gue mau ke Pantai Air Manis (Pantai Malin Kundang), makan jagung bakar di Jembatan Siti Nurbaya, dan beli oleh-oleh buat orang rumah dan orang kantor. Rencananya begitu.

Aslinya gue cuman bisa tiduran di homestay tak berdaya sambil nonton sinetron dan Skype sama pacar sambil pamer sunburn yang mulai terasa perih. Huhu… Gue keluar homestay cuman untuk beli makan, dan tadinya sekalian beli krim lidah buaya untuk meringankan beban kulit akibat sunburn, tapi apoteknya tutup.

Damn! Selesai makan balik lagi ke homestay karena mendadak gue jadi kayak kalong yang gak kuat kena sinar matahari lama-lama. Di homestay gue coba tidur siang, tapi gak bisa karena badan gue sakit semua rasanya. Setelah dipikir-pikir sih worth it ajalah, gue seneng kok. Hehehe…

Gue berasa hari itu jadi lama banget, dan gue udah kangen sama Si Botak, sekarang pacar udah botak kayak ABRI. Pokoknya gue cuman pengen hari itu cepet berakhir dan gue udah mau pulang.

Sept 5th

My flight was at 2.45PM

dan gue make sure gak ketinggalan pesawat lagi kayak waktu di Bali. Kadang masih parno sih, jadi gue cek out jam 11 kurang, dan naik angkot ke pangkalan Damri di Jalan Imam Bonjol, nunggu setengah jam lebih bersama beberapa orang yang mau ke BIM juga.

Jam 11.30an Damrinya dateng, dan keneknya masih orang  yang sama dan masih inget gue juga. Hahaha. Ketemu lagi sama abang ini. Gue nyampe di BIM jam 1.00PM lah kalo gak salah, dan langsung cuss untuk print boarding pass, karena gue udah kelaparan berharap bisa makan pizza dan fussili sebelum take off

namun ZONK! ZONK! ZONK! Gak ada tempat makanan kayak di CGK! Adanya kios yang jual makanan khas Indonesia yang tampak sepi. Jadi untuk menunda lapar gue beli susu stroberi dan chitato seharga 30k untuk dua item itu :’) gue udah tau pasti harganya bakalan gak wajar tapi daripada tangan gue gemeteran karena laper mending beli ajalah.

Pesawat pun gak delay dan gue gak ketinggalan pesawat dong… yeay! Nyampe CGK jam 4.30PM, ambil bagasi dan bertemu Si Botak yang udah standby di CGK 3 jam lebih awal dari kedatangan gue :*

Pengalaman trip sendiri: awalnya gue gak pernah nyangka gue bakal mengambil langkah nekat ini untuk pesen tiket dan booking homestay untuk satu orang. Pernah kepikiran tapi hati niatnya gak bakal ngelakuin karena gue takut. Ya takut bosennya itu sih. Buat gue gak gampang langsung akrab sama orang baru, dan itu menjadi kekurangan gue banget. Tapi trip kali ini membuktikan bahwa gue bisa kok trip sendirian, meski gue lebih suka ada temennya.

“Don’t be afraid of traveling alone, because you’ll discover many things and meet new people. The most important thing is you learn to get to know yourself more”

Kedengarannya emang basi. Tapi gue udah ngalamin dan semua gak mudah. Dan disinilah gue tau potensi diri gue, apa yang bisa gue lakuin sendiri dan berusaha untuk survive, lebih menghargai hidup, dan menyadari bahwa gak ada tempat yang lebih asoygeboy daripada di rumah…

Salam damai* sampe bertemu di trip selanjutnya!

1 comment: